Entri Populer

Sabtu, 10 Januari 2015

LP HYALIN MEMBRANE DISEASE (HMD)



 INTAN FARADELA AHMAD/1201100025
 DIII KEPERAWATAN POLTEKKES MALANG.

HYALIN MEMBRANE DISEASE
 (HMD)

I.                   DEFINISI
·         Respiratory distress syndrom yang idiopatik dikenal juga sebagai Hyalin Membrane Disease, hyaline membrane disease merupakan keadaan akut yang terutama ditemukan pada bayi prematur saat lahir atau segera setelah lahir, lebih sering pada bayi dengan usia gestasi dibawah 32 minggu yang mempunyai berat dibawah 1500 gram (Suryadi dan Yuliani, 2001)
·         Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi yang kurang (Mansjoer, 2002).

II.                ETIOLOGI
1.      Prematuritas dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu) dan tidak adanya, gangguan atau defisiensi surfactant
2.      Bayi prematur yang lahir dengan operasi Caesar
Karena dadanya tidak mengalami kompresi oleh jalan lahir sehingga menghambat pengeluaran cairan dari dalam paru.
3.      Penurunan suplay oksigen saat janin atau saat kelahiran pada bayi matur atau prematur.

III.             TANDA/GEJALA
1.      Dispnoe Berat
2.      Penurunan Compliance Paru
3.      Pernapasan yang dangkal dan  cepat pada mulanya yang menyebabkan alkalosis respiratorik karena ( CO2 ) karbondioksida banyak terbang.
4.      Peningkatan kecepatan penapasan
5.      Nafasnya pendek dan ketika menghembuskan nafas terdengar suara ngorok
6.      Kulit kehitaman akibat hipoksia
7.      Retraksi antargia atau dada setiap kali bernapas
8.      Napas cuping hidung
9.      Takipnea ( > 60x/mnt)

IV.             PATHWAY

V.                MASALAH KEPERAWATAN
1.      Pola nafas tidak efektif
2.      Gangguan pertukaran gas
3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4.      Resiko kekurangan volume cairan
5.      Resiko gangguan termoregulasi:hipotermi

VI.             PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.         Darah
2.         Urine dan glukosa darah ( untuk mengetahui  hipoglikemia )
3.         Kalsium serum ( untuk meningkatkan hipokalsemia )
4.         Analisis gas darah ( menentukan PH serum )
5.         Analisa Gas Darah, PaO2 ( tes untuk hipoksia ) kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, saturasi oksigen 92% - 94%, pH 7,31 – 7,4
6.         Level Potasium
7.         Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar yang rusak.
8.         Seri Rontgen Dada : untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma dengan overdistensi duktus alveolar.  
9.         Bronchogram udara untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
 
VII.          PENATALAKSANAAN
A.    PENATALAKSANAAN MEDIS
1.       Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
Setiap penderita PMH perlu mendapat antibiotika untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Antibiotik diberikan adalah yang mempunyai spektrum luas penisilin (50.000 U-100.000 U/KgBB/hari) atau ampicilin (100 mg/KgBB/hari) dengan gentamisin (3-5 mg/KgBB/hari).
Antibiotik diberikan selama bayi mendapatkan cairan intravena sampai gejala gangguan nafas tidak ditemukan lagi.
2.      Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan cairan paru
3.      Fenobarbital
4.      Vitamin E untuk menurunkan produksi radikal bebas oksigen
5.      Metilksantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik
6.      Pemberian Surfaktan Buatan
Berdasar atas penelitian Fujiwara (1980) dan Morley (1981). Surfaktan artifisial yang dibuat dari dipalmitoilfosfatidilkolin dan fosfatidilgliserol dengan perbandingan 7 : 3.Bayi tersebut diberi surfaktan artifisial sebanyak 25 mg dosis tunggal dengan menyemprotkan ke dalam trakea penderita.
surfaktan eksogen adalah derivate dari sumber alami misalnya manusia ( di dapat dari cairan amnion atau paru sapi,tetapi bisa juga berbentuk surfakatan buatan ). Surfaktan ini disemprotkan ke dalam trakea dengan dosis 60 mg/KgBB.
7.      Pemberian Oksigen
8.      Oksigen mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap bayi baru lahir. Pemberian O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan seperti fibrosis paru, kerusakan retina (retrolental fibroplasta) dan lain-lain.
9.      Untuk mencegah timbulnya komplikasi ini, pemberian O2 sebaiknya diikuti dengan :
a.        Pemeriksaan tekanan O2 arterial (PaO2) secara teratur.
b.       Konsentrasi O2 yang diberikan harus dijaga agar cukup untuk mempertahankan tekanan PaO2 antara 80 – 100 mmHg.
c.        Bila fasilitas untuk pemeriksaan tekanan gas arterial tidak ada, O2 dapat diberikan sampai gejala cyanosis menghilang.

B.     PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1.      Pengobatan RDS diarahkan untuk pencegahan
Pencegahan Penyebab lain dari kematian bayi antara lain adalah perhatian terhadap di mana dan dalam posisi apa bayi ditempatkan dan usaha-usaha untuk mencegah penganiyayaan anak.
2.      Pemberian minum per oral tidak diperbolehkan selama fase akut penyakit, karena dapat menyebabkan aspirasi. Pemberian minum dapat diberikan melalui parenteral.
3.      Tindakan Pendukung yang Krusial
·                              Mempertahankan ventilasi dan oksigenisasi adekuat
·                              Mempertahankan keseimbangan asam-basa
·                              Mempertahankan suhu lingkungan netral
·                              Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
·                              Mencegah hipotermia
·                              Mempertahankan cairan dan elektrolit yang adekuat



VIII.       ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1.      Identitas

2.      Riwayat penyakit sekarang
Kaji tanda dan gejala klinis, penurunan suhu tubuh.

3.      Riwayat penyakit keluarga
Riwayat maternal
Stress fetal atau intrapartus
menderita penyakit seperti DM

4.      Riwayat persalinan
Prematur, umur kehamilan

5.      Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kaji adanya sianosis, takipnea, penggunaan otot aksesoris pernapasan
 Palpasi
Frekuensi nadi kurang dari normal (bradikardi)
 Auskultasi
Penurunan suara pernapasan
6.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologik
Foto rontgen paru

Pemeriksaan Laboratorium
§  Kadar asam laktat dalam darah meningkat dan bila kadarnya lebih dari 45%, prognosis lebih buruk
§  Kadar bilirubin lebih tinggi dibandingkan bila dibandingkan dengan bayi normal dengan berat badan sama
§  Kadar PaO2 menurun
§  Kadar PaCO2 meningkat
§  pH darah menurun
7.      Pola fungsi kesehatan
1)     Pola nutrisi -  metabolik.
  BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak.
2)     Pola eliminasi
              Perubahan karakteristik feses dan urine
3)     Pola aktifitas – latihan.
              Sesak nafas.
4)     Pola tidur dan istirahat
  sulit tidur.

IX.             DIAGNOSA KEPERAWATAN, RENCANA KEPERAWATAN DAN RASIONAL
1.      Ketidakefektifan pola napas b.d imatur paru atau dinding dada dan difisiensi cairan surfaktan
1.      Observasi pola napas. Rasional: mengetahui frekuensi napas
2.      Observasi TTV. Rasional: mengetahui keadaan umum bayi
3.      Atur posisi tubuh semi ekstensi. Rasional: memudahkan paru-paru berkembang saat ekspansi
4.      Tempatkan bayi pada tempat yang hangat. Rasional: mempertahankan suhu tubuh
5.      Berikan penjelasan kepada keluarga tentang penyebab sesak napas yang dialami pasien. Rasional: menambah pengetahuan keluarga.
6.      Kolaborasi pemberian oksigen. Rasional: Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
7.      Kolaborasi pemberian terapi obat bronchodilator. Rasional: Obat Bronchodilator berfungsi untuk membuka broncus guna memudahkan dalam pertukaran udara.

2.      Gangguan pertukaran gas b.d pengendapan membrane hialin di alveolus
1.      Kaji TTV. Rasional: perubahan vital signs merupakan indikasi derajat keparahan dan status kesehatan umum.
2.      Observasi warna kulit, membrane mukosa, kuku. Rasional: melihat adanya sianosis.
3.      Berikan terapi oksigen sesuai indikasi. Rasional: mempertahankan PaO2 .
4.      Kolaborasi pemantauan GDA. Rasional: Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru
5.      Jelaskan kepada keluarga alasan pemberian oksigen dan tindakan lainnya. Rasional: menambah pengetahuan keluarga.
6.      Informasikan kepada keluarga untuk tidak merokok dlm ruangan. Rasional: asap rokok dpt memperburuk keadaan bayi.

3.      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d reflek menghisap lemah
1.      Berikan  cairan melalui IVFD, glukosa 10%. Rasional: untuk menggantikan kalori yang tidak didapat oleh oral.
2.      Kaji kesiapan bayi untuk minum. Rasional: mengtahui reflek hisap.
3.      Berikan minum sesuai jadwal. Rasional: memberikan nutrisi tambahan tambahan melalui oral
4.      Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi. Rasional: pemberian nutrisi dilakukan dengan perhitungan yang tepat.
5.      Timbang berat badan. Rasional: mengetahui status nutrisi.
6.      Berikan penjelasan kepada keluarga mengenai status gizi dan  pentingnya untuk memenuhi kebutuhan gizi. Rasional: menambah pengetahauan keluarga.


4.      Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan sensible dan insensibel
1.      Kaji turgor kulit. Rasional: mengetahui tanda dehidrasi
2.      Pertahankan pemberian cairan IVFD. Rasional: mempertahankan kebutuhan cairan tubuh
3.      Pertahankan tetesan infus secara stabil. Rasional: untuk mencegah kelebihan atau kekurangan cairan.
4.      Minitor intake dan output cairan. Rasional: Catatan intake dan output cairan penting untuk menentukan ketidakseimbangan cairan  sebagai dasar untuk penggantian cairan.
5.      Beri minum sesuai jadwal. Rasional: mencegah terjadinya kekurangan cairan.
6.      Lakukan pemeriksaan sodium dan potassium setiap 12 atau 24 jam. Rasional: Peningkatan tingkat sodium dan potassium mengindikasikan terjadinya dehidrasi dan potensial ketidakseimbangan elektrolit.
7.      Berikan penjelasan kepada keluarga tentang pentingnya memenuhi kebutuhan cairan bayi. Rasional: menambah pengetahuan keluarga.

5.      Resiko gangguan termoregulasi: hipotermi b.d belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit
1.      Tempatkan bayi pada tempat yang hangat. Rasional: mencegah terjadinya hipotermi.
2.      Atur suhu incubator. Rasional: menjaga kestabilan suhu tubuh.
3.      Berikan pakaian yang hangat dan kering. Rasional: menjaga bayi tetap hangat.
4.      Pantau selalu suhu tubuh. Rasional: memonitor perkembangan suhu tubuh bayi.



DAFTAR PUSTAKA

 Mansjoer. (2002). Kapita selekta kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.: EGC.
Suriadi dan Yuliani, R. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, edisi 1 Jakarta : CV Sagung Seto.
Christian.2013. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Idiopatic Respiratory Distress Syindrom (IRDS), diakses pada tanggal 09 maret 2014. <christianjake.blogspot.com/09/Asuhan-Keperawatan-pada-Klien-dengan.html>.