INTAN FARADELA
AHMAD/1201100025
DIII KEPERAWATAN
POLTEKKES MALANG.
HYALIN MEMBRANE
DISEASE
(HMD)
I.
DEFINISI
·
Respiratory distress syndrom yang idiopatik dikenal juga sebagai Hyalin
Membrane Disease, hyaline membrane disease merupakan keadaan akut yang terutama
ditemukan pada bayi prematur saat lahir atau segera setelah lahir, lebih sering
pada bayi dengan usia gestasi dibawah 32 minggu yang mempunyai berat dibawah
1500 gram (Suryadi dan Yuliani, 2001)
·
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut
juga Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang
disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan
masa gestasi yang kurang (Mansjoer, 2002).
II.
ETIOLOGI
1.
Prematuritas
dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu) dan tidak adanya,
gangguan atau defisiensi surfactant
2.
Bayi
prematur yang lahir dengan operasi Caesar
Karena
dadanya tidak mengalami kompresi oleh jalan lahir sehingga menghambat
pengeluaran cairan dari dalam paru.
3.
Penurunan
suplay oksigen saat janin atau saat kelahiran pada bayi matur atau prematur.
III.
TANDA/GEJALA
1.
Dispnoe
Berat
2.
Penurunan Compliance Paru
3.
Pernapasan
yang dangkal dan cepat pada mulanya yang
menyebabkan alkalosis respiratorik karena ( CO2 ) karbondioksida banyak
terbang.
4.
Peningkatan
kecepatan penapasan
5.
Nafasnya
pendek dan ketika menghembuskan nafas terdengar suara ngorok
6.
Kulit
kehitaman akibat hipoksia
7.
Retraksi
antargia atau dada setiap kali bernapas
8.
Napas cuping
hidung
9.
Takipnea (
> 60x/mnt)
V.
MASALAH
KEPERAWATAN
1. Pola
nafas tidak efektif
2. Gangguan
pertukaran gas
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Resiko
kekurangan volume cairan
5. Resiko
gangguan termoregulasi:hipotermi
VI.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1.
Darah
2.
Urine dan
glukosa darah ( untuk mengetahui
hipoglikemia )
3.
Kalsium
serum ( untuk meningkatkan hipokalsemia )
4.
Analisis gas
darah ( menentukan PH serum )
5.
Analisa Gas
Darah, PaO2 ( tes untuk hipoksia ) kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60
mmHg, saturasi oksigen 92% - 94%, pH 7,31 – 7,4
6.
Level
Potasium
7.
Level
pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar
yang rusak.
8.
Seri Rontgen
Dada : untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma dengan
overdistensi duktus alveolar.
9. Bronchogram
udara untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
VII.
PENATALAKSANAAN
A. PENATALAKSANAAN MEDIS
1.
Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
Setiap
penderita PMH perlu mendapat antibiotika untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder. Antibiotik diberikan adalah yang mempunyai spektrum luas penisilin
(50.000 U-100.000 U/KgBB/hari) atau ampicilin (100 mg/KgBB/hari) dengan
gentamisin (3-5 mg/KgBB/hari).
Antibiotik
diberikan selama bayi mendapatkan cairan intravena sampai gejala gangguan nafas
tidak ditemukan lagi.
2.
Furosemid
untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan cairan paru
3.
Fenobarbital
4.
Vitamin E
untuk menurunkan produksi radikal bebas oksigen
5.
Metilksantin
( teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian dari
pemakaian ventilasi mekanik
6.
Pemberian
Surfaktan Buatan
Berdasar atas
penelitian Fujiwara (1980) dan Morley (1981). Surfaktan artifisial yang dibuat
dari dipalmitoilfosfatidilkolin dan fosfatidilgliserol dengan perbandingan 7 :
3.Bayi tersebut diberi surfaktan
artifisial sebanyak 25 mg dosis tunggal dengan menyemprotkan ke dalam trakea
penderita.
surfaktan eksogen adalah derivate dari sumber alami misalnya manusia ( di dapat dari cairan
amnion atau paru sapi,tetapi bisa juga berbentuk surfakatan buatan ). Surfaktan ini disemprotkan ke dalam trakea dengan
dosis 60 mg/KgBB.
7.
Pemberian
Oksigen
8.
Oksigen
mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap bayi baru lahir. Pemberian O2 yang
terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan seperti
fibrosis paru, kerusakan retina (retrolental fibroplasta) dan lain-lain.
9.
Untuk mencegah
timbulnya komplikasi ini, pemberian O2 sebaiknya diikuti dengan :
a.
Pemeriksaan
tekanan O2 arterial (PaO2) secara teratur.
b.
Konsentrasi O2
yang diberikan harus dijaga agar cukup untuk mempertahankan tekanan PaO2 antara
80 – 100 mmHg.
c.
Bila fasilitas
untuk pemeriksaan tekanan gas arterial tidak ada, O2 dapat diberikan sampai
gejala cyanosis menghilang.
B. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1.
Pengobatan
RDS diarahkan untuk pencegahan
Pencegahan Penyebab lain dari kematian bayi
antara lain adalah perhatian terhadap di mana dan dalam posisi apa bayi
ditempatkan dan usaha-usaha untuk mencegah penganiyayaan anak.
2.
Pemberian
minum per oral tidak diperbolehkan selama fase akut penyakit, karena dapat
menyebabkan aspirasi. Pemberian minum dapat diberikan melalui parenteral.
3.
Tindakan
Pendukung yang Krusial
·
Mempertahankan
ventilasi dan oksigenisasi adekuat
·
Mempertahankan
keseimbangan asam-basa
·
Mempertahankan
suhu lingkungan netral
·
Mempertahankan
perfusi jaringan yang adekuat
·
Mencegah
hipotermia
·
Mempertahankan
cairan dan elektrolit yang adekuat
VIII. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1.
Identitas
2.
Riwayat
penyakit sekarang
Kaji tanda dan gejala klinis, penurunan suhu tubuh.
3.
Riwayat
penyakit keluarga
Riwayat maternal
Stress fetal atau intrapartus
menderita penyakit seperti DM
4.
Riwayat
persalinan
Prematur, umur kehamilan
5.
Pemeriksaan
fisik
Inspeksi
Kaji adanya sianosis, takipnea,
penggunaan otot aksesoris pernapasan
Palpasi
Frekuensi nadi kurang dari normal
(bradikardi)
Auskultasi
Penurunan suara pernapasan
6.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan Radiologik
Foto rontgen paru
Pemeriksaan Laboratorium
§
Kadar asam laktat dalam darah
meningkat dan bila kadarnya lebih dari 45%, prognosis lebih buruk
§
Kadar bilirubin lebih tinggi
dibandingkan bila dibandingkan dengan bayi normal dengan berat badan sama
§
Kadar PaO2 menurun
§
Kadar PaCO2 meningkat
§
pH darah menurun
7.
Pola fungsi kesehatan
1) Pola
nutrisi - metabolik.
BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak.
2) Pola
eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine
3) Pola
aktifitas – latihan.
Sesak nafas.
4) Pola
tidur dan istirahat
sulit tidur.
IX.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN, RENCANA KEPERAWATAN DAN RASIONAL
1.
Ketidakefektifan
pola napas b.d imatur paru atau dinding dada dan difisiensi cairan surfaktan
1.
Observasi pola napas. Rasional:
mengetahui frekuensi napas
2.
Observasi TTV. Rasional: mengetahui
keadaan umum bayi
3.
Atur posisi tubuh semi ekstensi.
Rasional: memudahkan paru-paru berkembang saat ekspansi
4.
Tempatkan bayi pada tempat yang
hangat. Rasional: mempertahankan suhu tubuh
5.
Berikan penjelasan kepada keluarga
tentang penyebab sesak napas yang dialami pasien. Rasional: menambah
pengetahuan keluarga.
6.
Kolaborasi pemberian oksigen.
Rasional: Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
7.
Kolaborasi pemberian terapi obat
bronchodilator. Rasional: Obat Bronchodilator berfungsi untuk membuka broncus
guna memudahkan dalam pertukaran udara.
2.
Gangguan
pertukaran gas b.d pengendapan membrane hialin di alveolus
1.
Kaji TTV. Rasional: perubahan vital
signs merupakan indikasi derajat keparahan dan status kesehatan umum.
2.
Observasi warna kulit, membrane
mukosa, kuku. Rasional: melihat adanya sianosis.
3.
Berikan terapi oksigen sesuai
indikasi. Rasional: mempertahankan PaO2 .
4.
Kolaborasi pemantauan GDA. Rasional:
Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru
5.
Jelaskan kepada keluarga alasan
pemberian oksigen dan tindakan lainnya. Rasional: menambah pengetahuan
keluarga.
6.
Informasikan kepada keluarga untuk
tidak merokok dlm ruangan. Rasional: asap rokok dpt memperburuk keadaan bayi.
3.
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d reflek menghisap lemah
1. Berikan cairan melalui IVFD, glukosa 10%. Rasional:
untuk menggantikan kalori yang tidak didapat oleh oral.
2. Kaji kesiapan
bayi untuk minum. Rasional: mengtahui reflek hisap.
3. Berikan minum
sesuai jadwal. Rasional: memberikan nutrisi tambahan tambahan melalui oral
4. Kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi. Rasional: pemberian nutrisi dilakukan
dengan perhitungan yang tepat.
5. Timbang berat
badan. Rasional: mengetahui status nutrisi.
6. Berikan
penjelasan kepada keluarga mengenai status gizi dan pentingnya untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Rasional: menambah pengetahauan keluarga.
4.
Resiko
kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan sensible dan insensibel
1.
Kaji turgor kulit. Rasional:
mengetahui tanda dehidrasi
2.
Pertahankan pemberian cairan IVFD.
Rasional: mempertahankan kebutuhan cairan tubuh
3.
Pertahankan tetesan infus secara
stabil. Rasional: untuk mencegah kelebihan atau kekurangan cairan.
4.
Minitor intake dan output cairan.
Rasional: Catatan intake dan output cairan penting untuk menentukan ketidakseimbangan
cairan sebagai dasar untuk penggantian
cairan.
5.
Beri minum sesuai jadwal. Rasional:
mencegah terjadinya kekurangan cairan.
6.
Lakukan pemeriksaan sodium dan
potassium setiap 12 atau 24 jam. Rasional: Peningkatan tingkat sodium dan
potassium mengindikasikan terjadinya dehidrasi dan potensial ketidakseimbangan
elektrolit.
7.
Berikan penjelasan kepada keluarga
tentang pentingnya memenuhi kebutuhan cairan bayi. Rasional: menambah
pengetahuan keluarga.
5. Resiko gangguan
termoregulasi: hipotermi b.d belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit
1.
Tempatkan bayi pada tempat yang
hangat. Rasional: mencegah terjadinya hipotermi.
2.
Atur suhu incubator. Rasional:
menjaga kestabilan suhu tubuh.
3.
Berikan pakaian yang hangat dan
kering. Rasional: menjaga bayi tetap hangat.
4.
Pantau selalu suhu tubuh. Rasional:
memonitor perkembangan suhu tubuh bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer. (2002). Kapita selekta kedokteran. Edisi III.
Jakarta: FKUI.: EGC.
Suriadi dan Yuliani, R. 2001. Asuhan Keperawatan
Pada Anak, edisi 1 Jakarta : CV Sagung Seto.
Christian.2013. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Idiopatic Respiratory Distress Syindrom (IRDS), diakses pada tanggal 09 maret
2014.
<christianjake.blogspot.com/09/Asuhan-Keperawatan-pada-Klien-dengan.html>.